Penderitaan
TEMPO.CO, Sidoarjo
- Djuwito, salah satu koordinator warga korban lumpur Lapindo Sidoarjo,
mengatakan akan segera berangkat ke Jakarta untuk menemui Presiden Joko
Widodo, guna menanyakan pembayaran ganti rugi yang prosesnya tak
kunjung jelas hingga saat ini. “Insy Allah, saya berdua ke Jakarta, saya
sendiri dan perwakilan warga lainnya satu orang,” kata Djuwito kepada Tempo, Rabu, 29 April 2015.
Setiap manusia pasti pernah mengalami penderitaan. Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi
konsekuensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdiran bukan hanya
untuk bahagia, melainkan juga menderita. Penderitaan yang dialami oleh tiap manusia juga tidak sama, bisa saja penderitaan fisik atau batin dan menurut skala atau intensitasnya bisa berat atau ringan. Akibat dari penderitaan bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar
dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam
hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan bisa mendatangkan hikmah, contohnya ketika seseorang mengalami penderitaan yang bekepanjangan maka mereka akan bangkit dan membuka gerbang perubahan seperti quote dari Karakter Aang di film the legend of Korra "When we hit our lowest point we are opened to greatest change". Penderitaan merupakan langkah awal sesorang untuk bangkit dari keterpurukan agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Penderitaan berasal dari kata "derita" ,dan kata derita berasal dari bahasa sansekerta "dhra" yang artinya menahan atau menanggung. Jadi penderitaan adalah menanggung atau menjalani sesuatu yang sangat tidak menyenangkan yang dapat di rasakan oleh manusia.
Penderitaan dan Sebab-Sebabnya
Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab
timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai
berikut:
- Penderitaayang timbul karena perbuatan buruk manusia.
- Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan.
Kekalutan
Kekalutan adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang
menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan
bertingkah laku secara kurang wajar. Karena itu orang yang mengalami kekalutan harus mendapat dukungan dari orang-orang terdekatnya agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan seperti keinginan untuk bunuh diri dan mengalami gangguan kejiwaan.
Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
- Nampak pada jasmani yang sering pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
- Nampak pada kejiwaanya rasa cemas, kekalutan, apatis, cemburu, mudah marah
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
- Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninya.
- Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara benahan dirinya salah; pada orang yang tidak menderita gantran kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dan persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
- Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan.
- Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan.
- Dipicu oleh faktor psychoeducational. Faktor ini terjadi karena adanya kesalahan dalam proses pendidikan anak sejak kecil, mekanisme diri dalam memecahkan masalah. Konflik-konflik di masa kecil yang tidak terselesaikan, perkembangan yang terhambat serta tiap fase perkembangan yang tidak mampu dicapai secara optimal dapat memicu gangguan jiwa yang lebih parah.
- Faktor sosial atau lingkungan juga dapat berperan bagi timbulnya gangguan jiwa, misalnya budaya, kepadatan populasi hingga peperangan. Jika lingkungan sosial baik, sehat tidak mendukung untuk mengalami gangguan jiwa maka seorang anak tidak akan terkena gangguan jiwa. Demikian pula sebaliknya. Gangguan jiwa tidak dapat menular, tetapi mempunyai kemungkinan dapat menurun dari orang tuanya. Namun hal ini tidak berlaku secara absolut.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :
- Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna.
- Terjadinya konflik sosial-budaya akibat adanya norma yang berbeda antara yang bersangkutan dan yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi.
- Cara pematangan bathin yang salah dengan memberikan reaksi berlebihan terhadap kehidupan sosial; overacting sebagai overkompensasi dan tampak emosional.
Proses – proses kekalutan mental:
- Positif, bila trauma (luka jiwa) yang dialami seseorang, akan disikapi untuk mengambil hikmah dari kesulitan yang dihadapinya, setelah mencari jalan keluar maksimal, tetapi belum mendapatkannya tetapi dikembalikan kepada sang pencipta yaitu Allah SWT, dan bertekad untuk tidak terulang kembali dilain waktu.
- Negatif, bila trauma yang dialami tidak dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang dicita-citakan.
Siksaan
Penyiksaan adalah praktek atau tindakan sengaja menimbulkan rasa sakit
fisik yang parah dan mungkin cedera pada seseorang, meskipun penyiksaan
psikologis dan hewan juga ada. Penyiksaan telah dilakukan atau disetujui
oleh individu, kelompok dan negara sepanjang sejarah dari zaman kuno
sampai modern, dan bentuk penyiksaan dapat sangat bervariasi dalam
durasi dari hanya beberapa menit sampai beberapa hari atau bahkan lebih
lama. Alasan penyiksaan dapat mencakup hukuman, balas dendam, politik
pendidikan ulang, pencegahan, interogasi atau paksaan dari korban atau
pihak ketiga, atau hanya kepuasan sadis dari mereka yang melaksanakan
atau mengamati penyiksaan. Penyiksa mungkin atau mungkin tidak berniat
untuk membunuh atau melukai korban, tapi kadang-kadang penyiksaan
sengaja fatal dan dapat menyertai bentuk pembunuhan atau hukuman mati.
Tujuannya juga mungkin untuk menimbulkan rasa sakit tetapi tanpa
menyebabkan cedera fatal, atau kadang-kadang cedera sama sekali.
Dalam
kasus lain, penyiksa mungkin acuh tak acuh terhadap kondisi korban. Ada
juga penyiksaan yang bisa berakibat fatal pada akhirnya, tetapi di mana
upaya yang dilakukan tidak membunuh korban dengan cepat untuk
memperpanjang jangka waktu penderitaan. Siksaan itu sendiri seperti luapan emosi akan masa lalu yang dirasakan
atau sebuah tindakan akan mengatasi masalah itu, namun biasanya siksaan
pada emosi layaknya gunung api yang menahan lava untuk keluar itu sebuah
pengandaian yang terjadi dalam gejolak hati.
Aplikasi dalam benntuk tulisan
Rabu, 29 April 2015 | 17:22 WIB
Manusia dan Penderitaan